BAB
I
PENDAHULUAN
Proses
pembersihan adalah salah satu satu proses yang paling penting dalam berbagai
kegiatan baik di Hotel, RS, Sekolah dan Sebagainya. Sebagian besar bahan
pembersih digunakan dalam bentuk larutan. Air disebut pelarut universal.
Larutan adalah suatu campuran dimana substansi larut
(solusi) terdistribusi secara merata dalam cairan dan tidak terpisah.
Contoh : Garam akan
larut dalam air untuk
Campuran aktif dalam
sebagian bahan pembersih disebut bahan aktif permukaan atau Surfaktan. Ada beberapa
jenis Surfaktan yang tersedia dan cara proses pembersihan sangat berbeda untuk
tiap jenis surfaktan. Surfaktan memiliki 2 sifat yang jarang dimiliki oleh
zat-zat yang lainnya yaitu dapat larut dalam air dan minyak/lemak.
Secara umum Surfaktan
memiliki kemampuan dalam proses pembersihan pada permukaan yang kotor akibat
lemak/minyak dalam 3 tahap yaitu :
- Mengangkat
minyak dari permukaan
- Mencegah
agar minyak tidak mengendap di permukaan
- Minyak
atau lemak akan terikat dalam larutan pembersih (surfaktan) sehingga memudahkan pengangkatan minyak
atau lemak tersebut dalam proses pembilasan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. JENIS
SURFAKTAN
Kebersihan
merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan masyarakat. Untuk menjaga
kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat umum dibutuhkan produk
pembersih yang dapat diandalkan. Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum
lain hingga hotel berbintang lima pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai
bagian kehidupan sehari-hari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah
tangga.
1.
DETERJEN
v Pengertian
Deterjen dan Manfaatnya
Produk yang disebut
deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.
Pada umumnya, deterjen
mengandung bahan-bahan berikut :
1.
Surfaktan (surface active agent)
merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile
(suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan.
Secara garis besar,
terdapat empat kategori surfaktan yaitu :
a.
Anionik :
- Alkyl Benzene Sulfonate
- Linier
Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
- Alpha
Olein Sulfonate (AOS)
b.
Kationik : Garam Ammonium
c.
Non ionik : Nonyl phenol polyetthoxyle
d.
Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
2.
Builder (Permbentuk) berfungsi
meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral
penyebab kesadahan air.
a.
Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b.
Acetates :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
-
Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c.
Silicates : Zeolith
d.
Citrates :
Citrate Acid
3.
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan
deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah
kuantitas.
Contoh
: Sodium sulfate
4.
Additives adalah bahan suplemen /
tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut,
pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enxyme,
Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulosa (CMC)
Awalnya deterjen dikenal sebagai
pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti :
1)
Personal cleaning product, sebagai
produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.
2)
Laundry, sebagai pencuci pakaian,
merupakan produk deterjen yang paling popular di masyarakat.
3)
Dishwashing product, sebagai pencuci
alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci
piring.
4)
Household cleaner, sebagai pembersih
rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal,
gelas, dll.
Kemampuan
deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau
objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi
dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan
peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh
karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
v Dampak
Negatif Dibalik Manfaatnya Deterjen
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan
pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan
builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar,
hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas
permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu
memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS
dengan akibat iritasi ‘sedang’ kationik pada kulit. Surfaktan bersifat
toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa
bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada
proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa
kimia yang bersifat racun dan berbahay bagi kesehatan.
Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan
oleh industri deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai
risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan
bahan lain yaitu LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh
mana produk kimia aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya
urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable
sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’.
Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50%
bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal
ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air.
LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah
lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah
dapat diurai oleh mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan
air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi
ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.
Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara
dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan
di dalam deterjen
adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen,
sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara
mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari
daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya
berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan
mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat
menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan
air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang
berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan
akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi
kekurangan oksigen di
badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan
sekitarnya. Di
beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai
alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder
dalam deterjen.
2.
SABUN
Sabun
biasanya adalah garam sodium dengan asam lemak rantai panjang, seperti asam
stearik (yang diperoleh dari daging sapi atau lemak mutaton) dan asam Palmitik
(yang diperoleh dari Minyak Kelapa). Dalam proses pembuatan sabun, sodium
hidroksida ditambahkan pada lemak hewan atau minyak sayur. Proses ini disebut
Sponifikasi.
v Sifat
– sifat sabun berdasarkan komposisi sebagai berikut :
a. Sabun – sabun sodium cenderung memiliki
tekstur keras dan daya larut rendah dalam air dingin atau sedikit hangat.
b.
Sabun Potasium, Amonium Dan Trietanolamin
cenderung cepat larut dengan air dingin dan memiliki tekstur yang lunak.
c.
Sabun – sabun yang diproduksi dari asam lemak jenuh cenderung tahan terhadap
Ranciditas / Anyir.
v Sifat
sabun menurut kegunaannya :
a.
Sabun menurunkan tegangan permukaan
b.
Sabun menghasilkan busa
c.
Sabun dapat menjadikan emulsi dan
menyebarkan minyak dan kotoran
d.
Sabun memiliki bakteriostatis terbatas
e.
Sabun mengalami ionisasi dalam solusi
untuk menghasilkan sebuah anion aktif
f.
Sabun mengalami ionisasi dalam solusi
untuk menghasilkan sebuah anion aktif
II.
JENIS OBAT PEMBERSIH DAN CARA
PENGGUNAANNYA
III. JENIS
CEMARAN
·
Cemaran Bakteri
·
Cemaran Kapang/Khamir
Misalnya ; Aspergillus,
Penicilium, Fusarium, Rhizopus dan Monilia
·
Cemaran Mikroba
IV. DESINFEKTAN
DAN STERILISASI
v
Desinfektan
Desinfektan
yaitu senyawa untuk mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan
jasad renik patogen à dikenakan pada jaringan tak hidup :
ruang operasi, kandang, RPH + RPA.
Desinfektan
digunakan untuk menghilangkan bakteri, bukan untuk membersihkan kotoran pada
permukaan yang dibersihkan.
Agar
desinfektan dapat menghilangkan bakteri maka ada beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan antara lain :
1.
Gunakan agen pembersih yang cocok.
Bagian spesifik harus terlebih dahulu dibersihkan dengan cara mengangkat
kotoran yang ada dipermukaan kemudian desinfektan dapat digunakan.
2.
Bakteri dan Fungi dapat meningkatkan
kekebalan tubuhnya terhadap Desinfektan, karena itu penambahan larutan yang
lebih kuat/dosis harus dilakukan secara bertahap.
3.
Desinfektan lebih efektif jika
dilarutkan dengan air panas
4.
Agar lebih efektif maka Desinfektan
membutuhkan waktu yang cukup untuk membunuh bakteri.
5.
Desinfektan tidak terlalu efektif jika
digunakan untuk membersihkan muntah, urin, air keras, darah dan sebagainya
o
Faktor-faktor Yang Mempengruhi
Efektivitas Desinfektan
·

Konsentrasi aman, efisien dan Efektif.
Konsentrasi tinggi mahal, tidak praktis,
membakar kulit, bahaya bagi ternak.
·
Waktu kontak : 20 – 30 menit
·
Tanggal kadaluwarsa
o
Macam-macam Desinfektan
1.
Fisik ; Panas dan sinar
·

Panas dilewatkan pemanas atau dengan air
panas disemprotkan
·
Sinar ; UV dan Sinar gamma
2.
Kimiawi ; Spray, sabun, aerosol,
fumigasi
v Sterilisasi
Sterilisasi
yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan.
o
Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya
sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
1.
Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45
mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik.
2.
Sterilisasi secara fisik dapat
dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
-
Pemanasan
a.
Pemijaran (dengan api
langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll.
b.
Panas kering: sterilisasi
dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c.
Uap air panas: konsep ini mirip
dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini
supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.
Uap air panas bertekanan :
menggunalkan autoklaf
-
Penyinaran dengan UV
Sinar
Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV
3.
Sterilisasi secara kimiawi
biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Berbagai prosedur umum kerja dalam
mikrobiologi yang membutuhkan teknik
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Dari pembuatan makalah ini kami dapat menyimpulkan
bahwa surfaktan dan desinfektan itu berbeda meskipun itu salah satu bahan untuk
pembersih. Surfaktan memiliki kemampuan dalam proses pembersihan pada permukaan
yang kotor akibat lemak/minyak sedangkan desinfektan digunakan untuk
menghilangkan bakteri, bukan untuk membersihkan kotoran pada permukaan yang
dibersihkan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA