
ekonomi
sanitasi
mengenai
BEP
(Break Even Point) dan CBA (Cost Benefit Analiysis)

Di
susun oleh:
MANJA
USMAN
NIM:
PO.717133008023
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES RI
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
2011
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ekonomi sanitasi mengenai “Break Event Point (BEP) dan
CBA (Cost Benefit Analysis)
Saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Tuhan Memberkati.
Manado,
9 November 2010
Penyusun
MANJA USMAN
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT
Pengembangan
suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi
proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber-sumber daya untuk mendapatkan
manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem informasi juga
membutuhkan sumber-sumber daya. Sebagai hasilnya, sistem informasi akan
memberikan manfaat-manfaat yang dapat berupa penghematan-penghematan atau
manfaat-manfaat yang baru. Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari
sumber-sumber daya yang dikeluarkan, maka sistem informasi ini dikatakan tidak
bernilai atau tidak layak. Oleh karena itu, sebelum sistem informasi
dikembangkan, maka perlu dihitung kelayakan ekonomisnya. Teknik untuk menilai
ini disebut dengan analisis biaya/keuntungan (cost/benefit analysis). Analisis
biaya/keuntungan disebut juga dengan
analisis biaya/efektivitas (cost/ effectivenss analysis). Keuntungan
dari pengembangan sistem informasi tidak semuanya mudah diukur secara langsung
dengan nilai uang, seperti misalnya keuntungan pelayanan kepada langganan yang
lebih baik. Keuntungan yang sulit diukur langsung dengan nilai uang ini
selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat menaksir
efektivitasnya.
Komponen biaya
Untuk melakukan analisis
biaya/efektivitas diperlukan dua komponen, yaitu
komponen biaya dan komponan
efektivitas. Biaya yang berhubungan dengan
pengembangan sistem informasi dapat
diklasifikasikan ke dalam 4 kategori
utama, yaitu :
a. Biaya pengadaan (procurement cost).
b. Biaya persiapan operasi (start-up
cost).
c. Biaya proyek (project-related
cost).
d. Biaya operasi (on going cost)
dan biaya perawatan (maintenance cost).
Komponen manfaat
Manfaat yang didapat dari sistem
informasi yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Manfaat mengurangi biaya.
b. Manfaat mengurangi
kesalahan-kesalahan.
c. Manfaat meningkatkan kecepatan
aktivitas.
d. Manfaat meningkatkan perencanaan dan
pengendalian manajemen.
Manfaat dari sistem informasi dapat
juga diklasifikasikan dalam bentuk
keuntungan berujud (tangible
benefits) dan keuntungan tidak berujud
(intangible benefits).
Keuntungan berwujud merupakan keuntungan yang berupa
penghematan-penghematan atau
peningkatan-peningkatan di dalam perusahaan
yang dapat diukur secara kuantitas
dalam bentuk satuan nilai uang.
Keuntungan berujud diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Pengurangan-pengurangan biaya
operasi.
b. Pengurangan kesalahan-kesalahan
proses.
c. Pengurangan biaya telekomunikasi.
d. Peningkatan penjualan.
e. Pengurangan biaya persediaan.
f. Pengurangan kredit tak tertagih.
Keuntungan tak berujud (intangible
benefits) adalah keuntungan-keuntungan
yang sulit atau tidak mungkin diukur
dalam bentuk satuan nilai uang.
Keuntungan-keuntungan ini diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan pelayanan lebih baik
kepada langganan.
b. Peningkatan kepuasan kerja personil.
c. Peningkatan pengambilan keputusan
manajemen yang lebih baik.
Karena
intangible benefits sulit untuk diukur dalam bentuk satuan nilai uang, maka
cara pengukurannya dapat dilakukan dengan penaksiran. Pelayanan kepada
langganan yang lebih baik merupakan contoh intangible benefits. Dapatkah kita
mengukur dalam satan rupiah pelayanan yang lebih baik ini ?. Mungkin dapat kita
coba untuk menganalisis dengan cara sebagai berikut :
a. Apakah akibat dari pelayanan yang
'kurang baik' kepada langganan ?
Jawabannya adalah : pesanan langganan akan berkurang bahkan mungkin
langganan tidak akan memesan kembali kepada perusahaan.
b. Seberapa banyak seorang langganan
akan mengurangi pesanannya bila
pelayanan kurang baik ? Mungkin kan mengalami kesulitan untuk
mengukurnya
dalam bentuk satuan nilai uang. Akan tetapi dapat mencobanya
bersama-sama
dengan pemakai sistem untuk menaksirnya. Misal dari taksiran ini
didapatkan hasil sebagai berikut :
· Sebanyak kemungkinan 50% langganan akan mengurangi 10% pesanannya.
· Sebanyak kemungkinan 20% langganan akan mengurangi 50% pesanannya.
· Sebanyak kemungkinan 10% langganan akan mengurangi 90% pesanannya.
· Sebanyak kemungkinan 5% langganan akan mengurangi 100% pesanannya.
c. Kemudian dapat dihitung perkiraan
kehilangan pesanan langganan sebagai
berikut :
Kehilangan pesanan = (50% x 10% pesanan) + (20% x 15% pesanan) +
(10% x 90% pesanan) +
(5% x 100% pesanan)
= (5% + 10% + 9% + 5%) pesanan
= 29% pesanan
d. Jika rata-rata langganan melakukan
pesanan tiap tahunnya sebesar
Rp. 1.000.000, maka dapat diperkirakan akan kehilangan sebesar 29% dari
nilai pesanan ini, yaitu sebesar Rp. 290.000. Jika perusahaan mempunyai
sebanyak 50 langganan, maka dapat diperkirakan jumlah total dari
kehilangan pesanan ini adalah sebesar 50 x Rp. 290.000 = Rp. 14.500.000.
e. Ajukan analisis ini kepada manajemen
dan gunakanlah analisis ini sebagai
titik awal untuk mengukur intangible benefits.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BEP
(Benefit Event Point)
Break Even Point (BEP) atau
titik impas disebut juga titik pulang pokok ialah keadaan perusahaan pada saat
jumlah penghasilan = (sama dengan) jumlah biaya, sehingga perusahaan tidak
memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian.
Pengertian lain tentang titik
Break Even adalah keadaan pada saat
apabila penjualan dibarengi biaya-biaya = (sama dengan) n0l (0).
B. Cara
penentuan titik break even
Untuk menetapkan BEP di atas
(keadaan pada saat penjualan di kurangi biaya-biaya = 0), maka sesuai dengan
metode harga pokok variabel dapat di hitung sebagai berikut :
Laba = Penjualan-biaya
variabel-biaya tetap, atau

Break Even = harga
jual satuan - biaya variabel satuan
ket: BE = Break Even dalam kuantitas
(satuan produksi)
BT
= Biaya tetap
P
= harga
BV
= biaya variabel per satuan
PERHITUNGAN BEP
Atas dasar unit Atas
dasar sales dalam rupiah


Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami
perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total
akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya
yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.
Biaya variabel
adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume
penjualan/produksi. Biaya
variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi
C.
Kegunaan Analisa Break Even
Point
Analisa Break Even Point selain
berguna untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan usaha juga mempunyai
kegunaan lain, yaitu :
a.
Sebagai
dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba
tertentu (profit planning).
b.
Sebagai
dasar untuk mengendalikan kegiatan operasional yang sedang berjalan, yaitu
untuk alat pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan
break even. Jadi sebagai alat pengendali atau “Controlling”.
c.
Sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui
hasil-hasil perhitungannya menurut analisa break even dan laba yang
ditargetkan.
d.
Sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan olerh
seorangmanajer.
D. Batas aman (Margin of savety)
1) Pengertian
Margin of savety
adalah selisih antara volume penjualan menurut anggaran (volume yang
dibudgetkan) dengan volume penjualan pada titik break even.
2) Margin of savety
Margin of savety
ini dapat menunjukan sampai seberapa banyak volume penjualan yang dianggarkan
dapat mengalami penurunan agar supaya perusahaan tidak mengalami kerugian
(Break even).
Besarnya margin of
safety adalah : jumlah penjualan menurut budget (anggaran) dikurangi jumlah
penjualan menurut titik break even.
contoh:
Penjualan menurut anggaran Rp 400.000

Margin
of savety Rp
100.000
Besarnya
margin of savety tersewbut apabila di prosentasekan (%) kepada volume penjualan
menurut anggaran:
100.000

400.000
Apabila kita perhatikan analisa tentang break even dan margin of savety,
maka dapat disimpulkan bahwa:
“Analisa tersebut merupakan analisa tentang biaya, volume dan laba”
kesimpulan ini diambil karena untuk menentukan titik break even maupun
margin of savety dilakukan analisa terhadap biaya, volume dan laba.
E. Cost Benefit Analysis (CBA)
Karakteristik
dari Cost Benefit Analysis meliputi:
Cost-beit Anefit analysis didasari oleh filsafat “Utilitarianism”. Utilitarianism sebuah
filsafat yang memandang bahwa benar tidaknya suatu tindakan/kebijakan
ditentukan oleh besar kecilnya manfaat-bagi-semuapihak.
Cost-benefit analysis biasanya digunakan oleh pemerintah
untuk mengevaluasi adanya suatu intervensi pasar. Tujuannya adalah untuk
mengukur efisiensi relatif dari intervensi pada status quo. Biaya dan manfaat
dari dampak intervensi dievaluasi dalam hal keinginan masyarakat untuk
mendapatkan keuntungan (benefit) atau keinginan mereka untuk menghindari biaya
(cost).
Cost-benefit analysis biasanya melibatkan perhitungan
menggunakan Formula nilai uang berdasarkan waktu. Hal ini dilakukan dengan
mengubah biaya dan manfaat suatu nilai uang pada masa depan yang diharapkan
mengalir dari jumlah biaya dan manfaat pada nilai saat ini (pertumbuhan dari
suatu inflasi dan sistem moneter).
Karena yang dianalisis adalah intervensi pasar, maka
Cost-benefit analysis sangat berkembang di Negara Kapitalis seperti Amerika
Serikat, Uni Eropa dan Inggris.
Apa yang disebut manfaat di sini masih diukur dengan ukuran-ukuran yang sifatnya sangat anthropocentric (Manfaat bagi suatu kelompok manusia tertentu).
Asumsi-asumsi dasar Utilitarianism (fondasi Cost Benefit Analysis):
Apa yang disebut manfaat di sini masih diukur dengan ukuran-ukuran yang sifatnya sangat anthropocentric (Manfaat bagi suatu kelompok manusia tertentu).
Asumsi-asumsi dasar Utilitarianism (fondasi Cost Benefit Analysis):
Manusia adalah konsumen yang paling tahu tentang
kebutuhannya. Dalam posisi sebagai konsumen itulah dia menentukan kebutuhannya,
mendefinisikan apa saja yang dianggap bermanfaat dan apa yang paling
diperlukan. Contoh dalam kehidupan : Seorang manajer produk membandingkan
pengeluaran berupa manufaktur dan kegiatan pemasaran untuk proyeksi penjualan
pada pembelian produk yang diusulkan, dan memutuskan untuk memproduksi jika ia
berharap mendapatkan penerimaan yang mengganti biaya ganti rugi (keuntungan).
Jika nantinya justru lebih besar pengeluaran daripada penerimaan, dia akan
tidak jadi membeli suatu produk atau membeli produk lain yang lebih murah.
Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhanya, manusia didorong oleh
motif-motif yang berorientasi pada dirinya sendiri.
Keterbatasan Cost Benefit Analysis.
Keterbatasan Cost Benefit Analysis.
Cost Benefit Analysis
dilakukan untuk mengoptimalkan efektifitas dan efisiensi keputusan yang diambil
sehingga ada pihak yang merasa tidak puas dengan keputusan yang diambil.
Kalangan ecocentris memandang bahwa suatu keputusan tidak
bisa serta merta dianggap benar hanya karena memenuhi kriteria
efektifitas/efisiensi.
Ada dimensi-dimensi lain yang harus diperhatikan:
Ada dimensi-dimensi lain yang harus diperhatikan:
-
Dampak keputusan tersebut terhadap kelangsungan
alam
-
Ethical
standing yang mendasari keputusan.
Cost Benefit analysis
hanya dapat dilakukan pada suatu Negara yang menganut sistem Kapitalisme dimana
hanya para pemilik modal yang berkuasa dan mereka adalah yang menguasai pasar
dimana pemerintah tidak berfungsi sebagai pengatur (Regulator) tapi hanya
sebagai pengamat ekonomi. Contohnya yaitu di Amerika Serikat, Uni Eropa,
Inggris dan lain-lain.
Metode-metode tersebut tidak merubah posisi etikal manusia
terhadap alam. Segala sesuatunya masih diukur dengan ukuran yang menjadikan
manusia sebagai homo mensura.
Metode-metode di atas cenderung mereduksi makna lingkungan
hidup dalam hitung-hitungan matematis, yang seringkali memunculkan kesalahan
pengkategorian antara preferences
dengan values/judgements.
Ketidakakuratan argumen pada Cost benefit analysis dapat menjadi penyebab yang akan menjadi
risiko dalam suatu perencanaan, karena ketidakakuratan penilaian Cost-benefit
analysis yang didokumentasikan dapat menyebabkan keputusan yang tidak efisien
dan efektif sehingga salah mengambil keputusan yang mengakibatkan kerugian.
Selama Cost-benefit
analysis, nilai moneter mungkin menjadi tugas dengan pengaruh kurang nyata
seperti berbagai risiko yang dapat berkontribusi untuk kegagalan pada sebagian
atau total proyek, hilangnya reputasi suatu perusahaan, penetrasi pasar, jangka
panjang strategi perusahaan dan pensejajaran perusahaan.
Solusi untuk Cost-Benefit Analysis
Mengingat kelemahaan-kelemahan yang terkandung di dalamnya, ada upaya untuk mengeleminir kelemahan Cost-benefit analysis.
Solusi untuk Cost-Benefit Analysis
Mengingat kelemahaan-kelemahan yang terkandung di dalamnya, ada upaya untuk mengeleminir kelemahan Cost-benefit analysis.
Cara 1
-
Mengakomodir aspek lingkungan hidup dalam perhitungan-perhitungan
ekonomi.
-
Dampak suatu kebijakan pada lingkungan coba
untuk dikonversi dalam hitungan matematis ekonomis dengan harapan dampak
lingkungan dari aktifitas pasar bisa diredam melalui mekanisme harga di pasar.
Cara 2
-
Memasukan perhitungan kuantitatif dari proyeksi
dampak kebijakan yang diambil terhadap lingkungan.
-
Efisiensi di sini tidak hanya diukur dari
perhitungan cost-benefit yang hanya menghitung hasil kuantifikasi aspek
politik, sosial, dan ekonomi tetapi juga kuantifikasi dari aspek-aspek
lingkungan.
-
Ini diharapkan akan memunculkan kebijakan yang
tidak hanya lebih efisien tetapi juga lebih ramah lingkungan dalam satuan ukur
efisiensi.
Cara
3
-
Dalam suatu kelompok, apabila mengambil
keputusan sebaiknya dengan musyawarah dan tidak mementingkan diri sendiri
karena pada dasarnya manusia ingin untung sendiri (egois) tapi lebih karena
keuntungan bersama seperti keuntungan perusahaan. Jadi untuk menganalisis cost
benefit dipilih orang yang benar-benar kompeten dan royal terhadap perusahaannya
sehingga keputusan yang diambil lebih efektif dan efisien.
Cara
4
Karena pada cost
benefit analysis umumnya dilakukan di Negara kapitalis, maka di Indonesia hal
ini kurang cocok. Tapi karena saat ini perdagangan global sudah dimulai, maka
Indonesia mau tidak mau harus ikut. Agar cost benefit analysis lebih cocok bagi
Indonesia maka sebaiknya dalam perhitungannya memasukan hal-hal seperti keadaan
masyarakat Indonesia saat ini baik dari segi ekonomi, politik, sosial budaya,
pendidikan dan sebagainya. Disini juga harus dipikirkan kemampuan membeli
masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih masyarakat miskin (±80%).
-
Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang,
sehingga dalam system moneternya masih bergantung pada pihak luar. Hal ini juga
yang harus dianalisis dalam perhitungan cost benefit analysis agar Indonesia
tidak selalu terpengaruh oleh iming-iming pihak luar yang tidak menguntungkan
masyarakatnya dalam jangka panjang tapi hanya menguntungkan pada jangka pendek.
BAB III
PENUTUP
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan /
profit.
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah
yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut,
berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak
untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat melebihi BEP maka
mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak lain mengetahui pada
tingkat volume berapa titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis BEP pun
digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi
produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume
harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk
menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan
tertunggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan
antara penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk
sekaligus.
DAFTAR PUSTAKA
Ø www.wikipedia.org/wiki/cost-benefit
analysis
Ø aaridwan.wordpress.com/.../break-even-point-studi-pada-rent-music-studio/
Ø buku
pegangan kuliah. Pengantar Ekonomi Sanitasi, Depkes RI Poltekkes Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar