Minggu, 11 Maret 2012

BREAK EVENT POINT AND COST BNEFIT ANALYSIS



makalah
ekonomi sanitasi
mengenai

BEP (Break Even Point) dan CBA (Cost Benefit Analiysis)

 



Di susun oleh:
MANJA USMAN
NIM: PO.717133008023





POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2011











Kata Pengantar


Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ekonomi sanitasi mengenai “Break Event Point (BEP) dan CBA (Cost Benefit Analysis)

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Tuhan Memberkati.


                                                                             Manado, 9 November 2010
                                                                                      Penyusun

MANJA USMAN












BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT
              Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber-sumber daya untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem informasi juga membutuhkan sumber-sumber daya. Sebagai hasilnya, sistem informasi akan memberikan manfaat-manfaat yang dapat berupa penghematan-penghematan atau manfaat-manfaat yang baru. Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber-sumber daya yang dikeluarkan, maka sistem informasi ini dikatakan tidak bernilai atau tidak layak. Oleh karena itu, sebelum sistem informasi dikembangkan, maka perlu dihitung kelayakan ekonomisnya. Teknik untuk menilai ini disebut dengan analisis biaya/keuntungan (cost/benefit analysis). Analisis biaya/keuntungan  disebut juga dengan analisis biaya/efektivitas (cost/ effectivenss analysis). Keuntungan dari pengembangan sistem informasi tidak semuanya mudah diukur secara langsung dengan nilai uang, seperti misalnya keuntungan pelayanan kepada langganan yang lebih baik. Keuntungan yang sulit diukur langsung dengan nilai uang ini selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat menaksir efektivitasnya.

Komponen biaya
Untuk melakukan analisis biaya/efektivitas diperlukan dua komponen, yaitu
komponen biaya dan komponan efektivitas. Biaya yang berhubungan dengan
pengembangan sistem informasi dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori
utama, yaitu :
a. Biaya pengadaan (procurement cost).
b. Biaya persiapan operasi (start-up cost).
c. Biaya proyek (project-related cost).
d. Biaya operasi (on going cost) dan biaya perawatan (maintenance cost).
Komponen manfaat
Manfaat yang didapat dari sistem informasi yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Manfaat mengurangi biaya.
b. Manfaat mengurangi kesalahan-kesalahan.
c. Manfaat meningkatkan kecepatan aktivitas.
d. Manfaat meningkatkan perencanaan dan pengendalian manajemen.


Manfaat dari sistem informasi dapat juga diklasifikasikan dalam bentuk
keuntungan berujud (tangible benefits) dan keuntungan tidak berujud
(intangible benefits). Keuntungan berwujud merupakan keuntungan yang berupa
penghematan-penghematan atau peningkatan-peningkatan di dalam perusahaan
yang dapat diukur secara kuantitas dalam bentuk satuan nilai uang.
Keuntungan berujud diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan-pengurangan biaya operasi.
b. Pengurangan kesalahan-kesalahan proses.
c. Pengurangan biaya telekomunikasi.
d. Peningkatan penjualan.
e. Pengurangan biaya persediaan.
f. Pengurangan kredit tak tertagih.


Keuntungan tak berujud (intangible benefits) adalah keuntungan-keuntungan
yang sulit atau tidak mungkin diukur dalam bentuk satuan nilai uang.
Keuntungan-keuntungan ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan pelayanan lebih baik kepada langganan.
b. Peningkatan kepuasan kerja personil.
c. Peningkatan pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik.

               Karena intangible benefits sulit untuk diukur dalam bentuk satuan nilai uang, maka cara pengukurannya dapat dilakukan dengan penaksiran. Pelayanan kepada langganan yang lebih baik merupakan contoh intangible benefits. Dapatkah kita mengukur dalam satan rupiah pelayanan yang lebih baik ini ?. Mungkin dapat kita coba untuk menganalisis dengan cara sebagai berikut :

a. Apakah akibat dari pelayanan yang 'kurang baik' kepada langganan ?
   Jawabannya adalah : pesanan langganan akan berkurang bahkan mungkin
   langganan tidak akan memesan kembali kepada perusahaan.
b. Seberapa banyak seorang langganan akan mengurangi pesanannya bila
   pelayanan kurang baik ? Mungkin kan mengalami kesulitan untuk mengukurnya
   dalam bentuk satuan nilai uang. Akan tetapi dapat mencobanya bersama-sama
   dengan pemakai sistem untuk menaksirnya. Misal dari taksiran ini
   didapatkan hasil sebagai berikut :
   · Sebanyak kemungkinan 50% langganan akan mengurangi 10% pesanannya.
   · Sebanyak kemungkinan 20% langganan akan mengurangi 50% pesanannya.
   · Sebanyak kemungkinan 10% langganan akan mengurangi 90% pesanannya.
   · Sebanyak kemungkinan 5% langganan akan mengurangi 100% pesanannya.
c. Kemudian dapat dihitung perkiraan kehilangan pesanan langganan sebagai
   berikut :
   Kehilangan pesanan = (50% x 10% pesanan) + (20% x 15% pesanan) +
                        (10% x 90% pesanan) + (5% x 100% pesanan)
                      =      (5% + 10% + 9% + 5%) pesanan
                      =      29% pesanan
d. Jika rata-rata langganan melakukan pesanan tiap tahunnya sebesar
   Rp. 1.000.000, maka dapat diperkirakan akan kehilangan sebesar 29% dari
   nilai pesanan ini, yaitu sebesar Rp. 290.000. Jika perusahaan mempunyai
   sebanyak 50 langganan, maka dapat diperkirakan jumlah total dari
   kehilangan pesanan ini adalah sebesar 50 x Rp. 290.000 = Rp. 14.500.000.
e. Ajukan analisis ini kepada manajemen dan gunakanlah analisis ini sebagai
   titik awal untuk mengukur intangible benefits.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    BEP (Benefit Event Point)
Break Even Point (BEP) atau titik impas disebut juga titik pulang pokok ialah keadaan perusahaan pada saat jumlah penghasilan = (sama dengan) jumlah biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian.
Pengertian lain tentang titik Break Even adalah keadaan pada saat  apabila penjualan dibarengi biaya-biaya = (sama dengan) n0l (0).    
B.     Cara penentuan titik break even
Untuk menetapkan BEP di atas (keadaan pada saat penjualan di kurangi biaya-biaya = 0), maka sesuai dengan metode harga pokok variabel dapat di hitung sebagai berikut :
Laba = Penjualan-biaya variabel-biaya tetap, atau
biaya tetap (total)
Break Even = harga jual satuan - biaya variabel satuan
                       
ket:      BE = Break Even dalam kuantitas (satuan produksi)
BT = Biaya tetap
P = harga
BV = biaya variabel per satuan
PERHITUNGAN BEP
Atas dasar unit                                                Atas dasar sales dalam rupiah
bep-rupiah-11rumus-bep-unit
Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.
Biaya variabel adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi
C.    Kegunaan Analisa Break Even Point
            Analisa Break Even Point selain berguna untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan usaha juga mempunyai kegunaan lain, yaitu :
a.       Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu (profit planning).
b.      Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasional yang sedang berjalan, yaitu untuk alat pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan break even. Jadi sebagai alat pengendali atau “Controlling”.
c.       Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungannya menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan.
d.      Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan olerh seorangmanajer.

D.    Batas aman (Margin of savety)
1)      Pengertian
Margin of savety adalah selisih antara volume penjualan menurut anggaran (volume yang dibudgetkan) dengan volume penjualan pada titik break even.



2)      Margin of savety
Margin of savety ini dapat menunjukan sampai seberapa banyak volume penjualan yang dianggarkan dapat mengalami penurunan agar supaya perusahaan tidak mengalami kerugian (Break even).
Besarnya margin of safety adalah : jumlah penjualan menurut budget (anggaran) dikurangi jumlah penjualan menurut titik break even.
contoh:
     Penjualan menurut anggaran                           Rp 400.000
Penjualan pada break even                              Rp 300.000
Margin of savety                                             Rp 100.000
Besarnya margin of savety tersewbut apabila di prosentasekan (%) kepada volume penjualan menurut anggaran:
100.000
                                         x 100% = 25%
400.000

Apabila kita perhatikan analisa tentang break even dan margin of savety, maka dapat disimpulkan bahwa:
“Analisa tersebut merupakan analisa tentang biaya, volume dan laba”
kesimpulan ini diambil karena untuk menentukan titik break even maupun margin of savety dilakukan analisa terhadap biaya, volume dan laba.



E.     Cost Benefit Analysis (CBA)
Karakteristik dari Cost Benefit Analysis meliputi:
Cost-beit Anefit analysis didasari oleh filsafat “Utilitarianism”. Utilitarianism sebuah filsafat yang memandang bahwa benar tidaknya suatu tindakan/kebijakan ditentukan oleh besar kecilnya manfaat-bagi-semuapihak.
Cost-benefit analysis biasanya digunakan oleh pemerintah untuk mengevaluasi adanya suatu intervensi pasar. Tujuannya adalah untuk mengukur efisiensi relatif dari intervensi pada status quo. Biaya dan manfaat dari dampak intervensi dievaluasi dalam hal keinginan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan (benefit) atau keinginan mereka untuk menghindari biaya (cost).
Cost-benefit analysis biasanya melibatkan perhitungan menggunakan Formula nilai uang berdasarkan waktu. Hal ini dilakukan dengan mengubah biaya dan manfaat suatu nilai uang pada masa depan yang diharapkan mengalir dari jumlah biaya dan manfaat pada nilai saat ini (pertumbuhan dari suatu inflasi dan sistem moneter).
Karena yang dianalisis adalah intervensi pasar, maka Cost-benefit analysis sangat berkembang di Negara Kapitalis seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris.
Apa yang disebut manfaat di sini masih diukur dengan ukuran-ukuran yang sifatnya sangat anthropocentric (Manfaat bagi suatu kelompok manusia tertentu).
Asumsi-asumsi dasar Utilitarianism (fondasi Cost Benefit Analysis):
Manusia adalah konsumen yang paling tahu tentang kebutuhannya. Dalam posisi sebagai konsumen itulah dia menentukan kebutuhannya, mendefinisikan apa saja yang dianggap bermanfaat dan apa yang paling diperlukan. Contoh dalam kehidupan : Seorang manajer produk membandingkan pengeluaran berupa manufaktur dan kegiatan pemasaran untuk proyeksi penjualan pada pembelian produk yang diusulkan, dan memutuskan untuk memproduksi jika ia berharap mendapatkan penerimaan yang mengganti biaya ganti rugi (keuntungan). Jika nantinya justru lebih besar pengeluaran daripada penerimaan, dia akan tidak jadi membeli suatu produk atau membeli produk lain yang lebih murah.
Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhanya, manusia didorong oleh motif-motif yang berorientasi pada dirinya sendiri.
Keterbatasan Cost Benefit Analysis.
Cost Benefit Analysis dilakukan untuk mengoptimalkan efektifitas dan efisiensi keputusan yang diambil sehingga ada pihak yang merasa tidak puas dengan keputusan yang diambil.
Kalangan ecocentris memandang bahwa suatu keputusan tidak bisa serta merta dianggap benar hanya karena memenuhi kriteria efektifitas/efisiensi.
Ada dimensi-dimensi lain yang harus diperhatikan:
-          Dampak keputusan tersebut terhadap kelangsungan alam
-          Ethical standing yang mendasari keputusan.
Cost Benefit analysis hanya dapat dilakukan pada suatu Negara yang menganut sistem Kapitalisme dimana hanya para pemilik modal yang berkuasa dan mereka adalah yang menguasai pasar dimana pemerintah tidak berfungsi sebagai pengatur (Regulator) tapi hanya sebagai pengamat ekonomi. Contohnya yaitu di Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan lain-lain.
Metode-metode tersebut tidak merubah posisi etikal manusia terhadap alam. Segala sesuatunya masih diukur dengan ukuran yang menjadikan manusia sebagai homo mensura.
Metode-metode di atas cenderung mereduksi makna lingkungan hidup dalam hitung-hitungan matematis, yang seringkali memunculkan kesalahan pengkategorian antara preferences dengan values/judgements.
Ketidakakuratan argumen pada Cost benefit analysis dapat menjadi penyebab yang akan menjadi risiko dalam suatu perencanaan, karena ketidakakuratan penilaian Cost-benefit analysis yang didokumentasikan dapat menyebabkan keputusan yang tidak efisien dan efektif sehingga salah mengambil keputusan yang mengakibatkan kerugian.
Selama Cost-benefit analysis, nilai moneter mungkin menjadi tugas dengan pengaruh kurang nyata seperti berbagai risiko yang dapat berkontribusi untuk kegagalan pada sebagian atau total proyek, hilangnya reputasi suatu perusahaan, penetrasi pasar, jangka panjang strategi perusahaan dan pensejajaran perusahaan.
Solusi untuk Cost-Benefit Analysis
Mengingat kelemahaan-kelemahan yang terkandung di dalamnya, ada upaya untuk mengeleminir kelemahan Cost-benefit analysis.
Cara 1
-           Mengakomodir aspek lingkungan hidup dalam perhitungan-perhitungan ekonomi.
-          Dampak suatu kebijakan pada lingkungan coba untuk dikonversi dalam hitungan matematis ekonomis dengan harapan dampak lingkungan dari aktifitas pasar bisa diredam melalui mekanisme harga di pasar.
Cara 2
-          Memasukan perhitungan kuantitatif dari proyeksi dampak kebijakan yang diambil terhadap lingkungan.
-          Efisiensi di sini tidak hanya diukur dari perhitungan cost-benefit yang hanya menghitung hasil kuantifikasi aspek politik, sosial, dan ekonomi tetapi juga kuantifikasi dari aspek-aspek lingkungan.
-          Ini diharapkan akan memunculkan kebijakan yang tidak hanya lebih efisien tetapi juga lebih ramah lingkungan dalam satuan ukur efisiensi.
Cara 3
-          Dalam suatu kelompok, apabila mengambil keputusan sebaiknya dengan musyawarah dan tidak mementingkan diri sendiri karena pada dasarnya manusia ingin untung sendiri (egois) tapi lebih karena keuntungan bersama seperti keuntungan perusahaan. Jadi untuk menganalisis cost benefit dipilih orang yang benar-benar kompeten dan royal terhadap perusahaannya sehingga keputusan yang diambil lebih efektif dan efisien.
Cara 4
Karena pada cost benefit analysis umumnya dilakukan di Negara kapitalis, maka di Indonesia hal ini kurang cocok. Tapi karena saat ini perdagangan global sudah dimulai, maka Indonesia mau tidak mau harus ikut. Agar cost benefit analysis lebih cocok bagi Indonesia maka sebaiknya dalam perhitungannya memasukan hal-hal seperti keadaan masyarakat Indonesia saat ini baik dari segi ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan sebagainya. Disini juga harus dipikirkan kemampuan membeli masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih masyarakat miskin (±80%).
-          Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang, sehingga dalam system moneternya masih bergantung pada pihak luar. Hal ini juga yang harus dianalisis dalam perhitungan cost benefit analysis agar Indonesia tidak selalu terpengaruh oleh iming-iming pihak luar yang tidak menguntungkan masyarakatnya dalam jangka panjang tapi hanya menguntungkan pada jangka pendek.





















BAB III
PENUTUP
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut, berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis BEP pun digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan antara penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk sekaligus.











DAFTAR PUSTAKA

Ø  www.wikipedia.org/wiki/cost-benefit analysis
Ø  aaridwan.wordpress.com/.../break-even-point-studi-pada-rent-music-studio/
Ø  buku pegangan kuliah. Pengantar Ekonomi Sanitasi, Depkes RI Poltekkes Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar